Kamis, Maret 28, 2024

Ada Pemimpin Negara yang Tak Percaya Tentang Perubahan Iklim

Ilustrasi

Leonardo Di Caprio seorang aktor besar yang telah banyak mendapatkan penghargaan di dunia peran saat ini juga dikenal sebagai seorang aktivis perubahan iklim, pada sebuah kesempatan pidatonya, saat menyabet piala aktor terbaik oscar 2016 ia menegaskan akan bahaya tentang perubahan iklim yang harus diketahui oleh setiap pemimpin negara di dunia ini dan wajib untuk percaya.

“Perubahan iklim itu nyata! Ia terjadi saat ini juga! Ini ancaman paling nyata bagi semua spesies! Dan kita akan bekerja sama untuk berhenti berleha-leha. Kita perlu mendukung para pemimpin di seluruh dunia yang tak bersuara tentang polusi besar, juga mereka yang bersuara untuk kemanusiaan, untuk masyarakat adat dunia, untuk miliaran dan miliaran orang yang kurang mampu di luar sana yang akan paling terkena pengaruh masalah ini. Untuk anak-anaknya anak-anak kita, dan untuk orang-orang di luar sana yang suaranya telah tenggelam oleh politik keserakahan!” seru Leo dalam potongan pidatonya.

Bahkan Leo juga membagikan pengalaman yang ia buat dalm bentuk film dokumenter berjudul Before the Flood, yang sempat tersedia ditonton gratis di kanal Youtube National Geographic. Dalam fiilm dokumenter yang ia buat itu beberapa negara menjadi sorotan ini ia dapatkan saat ia berkunjung ke India hingga Indonesia, melihat es yang menyusut di Greenland hingga terumbu karang yang mati di dasar laut. Ia menyaksikan hutan yang dibakar di Sumatera dan pulau yang hancur diterjang badai di Pasifik. Kemudian bertemu berbagai macam orang, mulai dari aktivis dan profesor di bidang lingkungan, pebisnis seperti Elon Musk, politikus, hingga Presiden Obama sewaktu masih menjabat di negara adikuasa.

Seperti dalam pidatonya di malam Oscar, dalam Before the Flood Leo juga berusaha meyakinkan para pemimpin negara untuk mulai memalingkan pandangan ke arah isu perubahan iklim. Tapi di sisi lain, sejumlah kepala negara justru terang-terangan menyatakan sikap tak yakin kalau isu tersebut nyata.

Terbaru salah seorang pemimpin yang paling terkenal di rea saat ini ialh Donald Trump, presiden teranyar Amerika Serikat. Lainnya adalah Presiden Nikaragua Daniel Ortega, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Mantan Presiden Republik Ceko Vaclav Claus, dan mantan Perdana Menteri Australia Tony Abbot, mereka yang beranggapan bahwa perubahan iklim bukanlah sebuah isu yang  menjadi nyata, yang paling menggegerkan Tony Abbot misalnya, menghapus pajak karbon di Australia.

Untuk diketahui Seperti dirilis oleh Livescience.com, kota yang akan mengalami kondisi perubahan iklim paling awal di dunia adalah Manokwari di Papua, dimana para ahli memperkirakan kota ini akan mencapai titik terpanasnya di tahun 2020. Kota kedua yang akan mengalami perubahan cuaca paling panas tercepat adalah Jakarta, yang diperkirakan akan mencapai suhu paling panas di tahun 2029.

Selebihnya, rata-rata berbagai kota di Asia akan mengalami cuaca paling panas di tahun 2040-an. Seperti yang diperkirakan terjadi dengan Beijing, Cina dan Bangkok, Thailand  (2046), Tokyo, Jepang (2041), dan Mumbai, India (2034).

“Tahun yang paling dingin di masa depan sama dengan suhu terpanas di bumi 150 tahun silam,” ungkap Camilo Mora, ungkap penulis utama penelitian ini yang berasal dari University of Hawaii, Manoa.

Sebuah studi baru-baru ini menjawab pertanyaan di atas. Hasilnya, orang-orang yang tak percaya perubahan iklim ternyata lebih populer.

Riset yang dilakukan oleh Universitas Exeter perihal isu perubahn iklim, para responden disuruh menilai sejumlah orang yang mengonfrontasi beberapa pandangan, misalnya isu lingkungan, rasialisme, dan lainnya. Para partisipan cenderung menerima dan senang dengan orang-orang yang anti-rasialisme dan mendukung kesetaraan, tapi cenderung tidak suka dengan orang-orang yang mengarah membela lingkungan karena percaya perubahan iklim sedang terjadi. Hal ini terjadi karena kebanyakan orang ternyata menganggap isu perubahan iklim terlalu politis. Faktor lainnya adalah keterbatasan pengetahuan seseorang terhadap fakta-fakta perubahan iklim.

Adam Corner, Direktur Penelitian di Climate Outreach menganggap penting untuk tidak abai pada tren menyangkal fakta perubahan iklim yang naik ini. Dalam artikelnya di The Guardian, kesenjangan antara mereka yang percaya dan tidak percaya sudah terlalu lebar, membuat perseteruan tersebut terlihat seperti hitam-putih atau benar-salah. Menurutnya, hal ini terjadi karena media dan pemerintahan memopulerkan serta memberi ruang pada suara-suara yang menyangkal isu tersebut.

Padahal meski menolak kenyataan perubahan iklim, orang-orang sadar kalau ada banyak perubahan alam yang disebabkan kegiatan manusia, dan ujungnya juga berdampak pada hidup manusia. Misalnya fakta bahwa es di Artik terus mencair tiap tahunnya, membuat beruang kutub terancam kehilangan habitatnya. Atau temuan terbaru yang menggambarkan bagaimana air dari Samudera Atlantik sudah naik ke Samudera Artik. Polutan bekas sampah industri manusia bahkan sudah sampai ke palung terdalam dunia, di Filipina, dan tentu saja berdampak pada biota laut dalam.

Fakta-fakta ini yang menurut Corner tak bisa dikompromikan. Menurutnya, harus ada batas negosiasi yang jelas tentang meroketnya tren menyangkal isu perubahan iklim. Dan menjadi tugas para pengiat isu perubahan iklim untuk seimbang melakukan cara-cara persuasif untuk menangkal kabar palsu—alias hoax—di era post-truth ini. Era ketika fakta obyektif atau kebenaran tak lagi relevan bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa berita ketimbang emosi dan keyakinan pribadi sendiri. Artinya, seseorang menolak atau menerima kebenaran berita berdasarkan selera.

“Dan jika ada yang diajarkan ayunan tak jelas dari diskursus post-truth, adalah jadi benar itu berbeda dengan bersikap persuasive,” tulis Corner.

Tirto.id

Related

DKP Gelar Kegiatan Vegetasi Mangrove dan Bersih Pantai Sambut HARNUS

Kupas News, Kota Bengkulu – Dalam rangka memperingati Hari...

Gubernur Rohidin Serahkan SK Izin Perhutanan Sosial di Desa Bio Sengok

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah saat menyerahkan SK Izin Perhutanan...

Selamatkan Habitat Gajah Sumatera

Kupas News, Bengkulu - Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah memastikan...

Gubernur Rohidin dan Komunitas Peduli Pesisir Tanam 15 Ribu Bibit Mangrove

Kupas News, Bengkulu - Dalam rangka memperingati Hari Mangrove...

Pegiat Sosial Empat Provinsi Dirikan JAGA Indonesia

Kupas News, Jakarta - Beberapa aktifis dan pegiat sosial...