Selasa, April 23, 2024

BKSDA Usulkan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera

harimau Sumatera/Illustrasi
harimau Sumatera/Illustrasi

Bengkulu, kupasbengkulu.com – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu mencatat dalam dua tahun terakhir setidaknya sembilan ekor Harimau Sumatera yang diamankan akibat konflik dengan manusia.

Dari 9 ekor harimau tersebut dua ekor dikirim ke Tamling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Provinsi Lampung, dua ekor dikirim ke Taman Safari, tiga ekor dinyatakan mati, dan dua ekor lagi masih berada di BKSDA Bengkulu yakni Elsa dan Giring.

Elsa terkena jerat pemburu pada kaki kanan depan sehingga harus diamputasi, sementara Giring harimau laki-laki diamankan karena memangsa satu petani karet di Kabupaten Seluma, Bengkulu.

Pada tahun 2013 BKSDA merilis Populasi harimau sumatera di habitat asli di kawasan hutan Provinsi Bengkulu setidaknya berkurang 11 ekor dalam lima tahun terakhir. Ada yang mati terjerat pemburu atau sengaja ditangkap dan dievakuasi karena masuk permukiman warga.

Sebagian besar harimau itu dari Kabupaten Seluma (8 ekor), lalu Kabupaten Bengkulu Utara (2 ekor) dan Kabupaten Lebong (1 ekor). Itu belum termasuk 6 harimau yang ketika disita dari pelaku perdagangan satwa liar sudah tinggal kulit, opsetan, dan tulang belulangnya.

Konflik antara harimau dan manusia ini, selain memakan korban manusia juga tak sedikit harimau yang mati, baik karena luka akibat jerat, atau cacat permanen.

Populasi Harimau Sumatra di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang tersebar dalam empat provinsi yakni Bengkulu, Jambi, Sumsel dan Sumbar, hingga saat ini tersisa puluhan ekor saja.

Jumlah populasi Harimau Sumatra di dalam kawasan TNKS setiap tahun terus menyusut akibat maraknya perburuan satwa liar serta aksi perambahan hutan untuk pembukaan lahan pertanian, pembalakan hutan maupun usaha tambang.

Kepala BKSDA Bengkulu, Anggoro Dwi Sujiarto, ditemui di ruang kerjanya mengungkapkan sejauh ini pihaknya tak memiliki kewenangan penuh atas nasib harimau Sumatera yang berhasil diamankan.

“Kami (BKSDA) hanya mampu mengamankan apabila ada harimau yang masuk permukiman warga, kewenangan sepenuhnya mengenai nasib harimau itu ada di keputusan Dirjen, tak jarang kami terkena kritik dari LSM pecinta satwa, namun kritik mereka semua benar,” jelas Anggoro, belum lama ini dikutip dari kompas.com.

Kondisi ini terjadi menurut dia karena tidak adanya fasilitas rehabilitasi harimau Sumatera milik pemerintah termasuk di Bengkulu.

“Selama ini pusat rehabilitasi harimau Sumatera tidak ada yang milik pemerintah semuanya milik Lembaga Konservasi (LK), BKSDA Bengkulu telah mengajukan agar dibuat pusat rehabilitasi harimau Sumatera milik pemerintah, di Indonesia ini belum ada, BKSDA mengusulkan ke Dirjen mengingat

tingginya konflik satwa dengan manusia di Bengkulu,” bebernya.

Akibat tak ada tempat rehabilitasi dua harimau terakhir yang diamankan BKSDA yakni Giring dan Elsa selama sekitar 7 bulan harus bertahan di kandang sempit berukuran 1,5 X 1,5 meter. Akibatnya, kedua hariamu tersebut mengalami luka di sekujur tubuh. Beruntung kedua harimau tersebut segera dipindahkan ke tempat yang layak.

Anggoro melanjutkan, lokasi yang ditawarkan untuk menjadi pusat rehabilitasi Harimau Sumatera yakni di Pusat Latihan Gajah (PLG), Sebelat, Kabupaten Bengkulu Utara.

“Kawasan ini memiliki luasan 7.735 hektare, dengan kondisi yang cukup representatif sebagai tempat rehabilitasi harimau yang dapat berdampingan dengan gajah, Giring dan Elsa saat ini dirawat di sana,” lanjut dia.

Ada dua jenis rehabilitasi yang akan dilakukan, pertama pembibitan (breeding), dimana hasil pembibitan itu akan digunakan untuk dilepasliarkan ke alam bebas atau untuk kepentingan keilmuwan.

Jenis rehabilitasi kedua yakni, melatih harimau yang bermasalah agar dapat beradaptasi dengan lingkungan liar.

“Rehabilitasi jenis kedua ini yang memang agak mahal, mengingat perlakuannya cukup rumit, namun dengan SDM, dokter, pelatih dan kondisi yang dimiliki PLG, saya optimistis usulan dapat dipertimbangkan oleh Dirjen,” sebutnya.

Anggoro juga menawarkan agar para pihak dapat membantu termasuk LSM terutama hal pendanaan yang tidak mengikat. Sebelumnya, Lynn Whitnall dari Paradise Wildlife Park, pemilik kebun binatang di Inggris sempat membagi pengalamannya kepada kompas.com dalam merawat Harmau Sumatera. Ia menjelaskan, kebun binatang keluarga yang ia kelola di Inggris hanya seluas 15 hektar dan mampu mengembangbiakkan harimau sumatera. ia juga mendukung jika pemerintah Indonesia memiliki pusat rehabilitasi harimau sumatera.

kompas.com

Related

DKP Gelar Kegiatan Vegetasi Mangrove dan Bersih Pantai Sambut HARNUS

Kupas News, Kota Bengkulu – Dalam rangka memperingati Hari...

Gubernur Rohidin Serahkan SK Izin Perhutanan Sosial di Desa Bio Sengok

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah saat menyerahkan SK Izin Perhutanan...

Selamatkan Habitat Gajah Sumatera

Kupas News, Bengkulu - Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah memastikan...

Gubernur Rohidin dan Komunitas Peduli Pesisir Tanam 15 Ribu Bibit Mangrove

Kupas News, Bengkulu - Dalam rangka memperingati Hari Mangrove...

Pegiat Sosial Empat Provinsi Dirikan JAGA Indonesia

Kupas News, Jakarta - Beberapa aktifis dan pegiat sosial...