kupasbengkulu.com – Hasil panen biji kakao (coklat) di Pulau Enggano, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Menurut salah seorang petani pengumpul kakao, Rapen, dulunya kakao yang dihasilkan dari tanah Enggano cukup melimpah. Karenanya, menjadi salah satu hasil bumi yang diunggulkan masyarakat setempat sebagai salah satu sumber mata pencaharian.
“Meski petani menanam varietas unggulan, karena diserang hama semut, produktifitas kakao terus mengalami penurunan. Penurunan prduksi kakao menyebabkan banyak petani disini beralih menanam komoditi lain yang dirasa lebih menjanjikan, seperti pisang,” terang Rapen.
Menurut Rapen, yang merupakan pengumpul kakao di Desa Meok itu, tiga tahun lalu hasil panen biji kakao kering dari tingkat petani bisa mencapai 100 kilogram dalam satu minggu masa panen. Bahkan, dalam satu kali pengiriman ke Kota Bengkulu bisa mencapai 1 ton biji kakao kering.
Saat ini pihaknya hanya mampu mengumpulkan maksimal 12 kilogram biji kakao kering dalam seminggu masa panen. Sehingga pengiriman ke Kota Bengkulu hanya mampu sekitar 300 kilogram dengan harga berkisar Rp 17 ribu/kilogram. Harga tersebut dirasa tidak sebanding dengan pengelolaan dan perawatan kakao. (beb)