Kaur. Kupasbengkulu.com – Kasi Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kaur Danil Akbar, Kamis (24/03/2016) menuturkan pihaknya kesulitan untuk mengisi data statistik, karena perlu pengkajian yang detail dan terperinci mengenai abrasi di pesisir pantai wilayah Kabupaten Kaur.
Dikatakannya saat ini pihaknya belum pernah mendapatkan dana untuk melakukan kajian dan penataan lingkungan pesisir pantai yang mengalami abrasi. Sehingga wilayah yang rawan dan abrasi yang ada dipesisir pantai bisa terdata.
“Hingga saat ini Kaur belum pernah mendapatkan dana untuk melakukan kajian dan penataan lingkungan pesisir pantai yang mengalami abrasi. Seharusnya ada dana untuk pengkajian tersebut. Oleh sebab itulah dipengisian data itu abrasi dipesisir pantai kosong, pasalnya kami belum melakukan kajian, karena kajian itu dilakukan oleh yang membidangi atau yang ahli sehingga datanya ril, namun karena terkendala dana makanya kami tidak bisa menjawab berapa besar poytensi abrasi di Kabupaten Kaur ini,” Ungkap Danil.
Jika dilihat dari kasat mata lanjutnya, tingkat abrasi di Kabupaten Kaur cukup tinggi, namun perlu ada kajian terlebih dahulu untuk bisa mengatakannya, sesuai dengan data ril yang didapat dari hasil kajian tersebut.
“Kita tidak bisa mengatakan daerah mana saja yang rawan abrasi atau sudah abrasi, karena belum ada kajian mendalam. Disini lebih paham lagi penduduk yang berada di pesisir pantai, dan perlu diketahui daratan itu tidak selalu berkurang setiap tahunnya, tapi ada juga yang bertambah,” pungkasnya.
Terpisah, salah satu warga Desa Tanjung Besar Ujang (35) yang rumahnya persis dipesisir pantai mengungkapkan bahwa laut yang berada dibelakang rumahnya tersebut setiap tahunnya mengalami pendekatan ketepi pantai hingga satu meter panjangnya.
“Di sini tingkat abrasi sangat tinggi, bayangkan saja jika air laut pasang, airnya sampai kedalam dapur, dan itu membuat kami takut. Kami sangat berharap kepada Pemda Kaur untuk pembangunan talut di pesisir pemukiman kami ini,” terang Ujang. (mty)