Kamis, Maret 28, 2024

Filosofi gestur ala Jokowi dan Obama

Pertemuan Obama-Jokowi. Presiden Amerika Serikat Barack Obama (kanan) dan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) bersalaman setelah pertemuan mereka di Runag Oval Gedung Putih di Washington, Senin (26/10). Presiden Joko Widodo akan kembali lebih awal dari yang direncanakan dari perjalanan dinasnya ke Amerika Serikat karena krisis asap di Indonesia, menurut pihak Istana pada hari Senin. (REUTERS/Jonathan Ernst)/Sumber foto: ANTARA
Pertemuan Obama-Jokowi. Presiden Amerika Serikat Barack Obama (kanan) dan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) bersalaman setelah pertemuan mereka di Runag Oval Gedung Putih di Washington, Senin (26/10). Presiden Joko Widodo akan kembali lebih awal dari yang direncanakan dari perjalanan dinasnya ke Amerika Serikat karena krisis asap di Indonesia, menurut pihak Istana pada hari Senin. (REUTERS/Jonathan Ernst)/Sumber foto: ANTARA

kupasbengkulu.com – Pernyataan pers bersama antara Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama di Oval Office, Kompleks Gedung Putih, Washington DC, menjadi momen yang menarik perhatian.

Dua pemimpin dari negara demokrasi terbesar dunia itu berada dalam satu frame yang tergolong sebuah kesempatan langka.

Baik pernyataan, penampilan, mimik hingga gestur kedua pemimpin itu pun menjadi bahan yang menarik untuk ditelisik lebih dalam.

Pada kesempatan itu, Presiden Obama terlebih dahulu menyampaikan pernyataan media.

Namun dasar Obama yang selama ini dikenal pandai memesona publik, suami Michelle Obama itu melontarkan salam selamat siang dalam bahasa Indonesia kepada wartawan yang sebagian di antaranya berasal dari Indonesia.

Sontak sapaan itu menjadi semacam hadiah tersendiri tidak saja bagi Jokowi namun siapa saja yang berasal dari Indonesia di ruangan yang tidak terlampau luas itu.

Salam Obama dalam bahasa Indonesia menyimbolkan sebuah penerimaan yang hangat dari seorang tuan rumah terhadap tamunya.

Itu sekaligus melambangkan adanya hubungan pribadi yang dekat antara Obama dengan Indonesia sebagaimana diakuinya ketika membuka pernyataan persnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said misalnya mengamati hal itu sebagai upaya Obama yang mencoba mengirim pesan bahwa dirinya tahu Indonesia dan pernah tinggal di sana.

“Obama tampak sangat menikmati pertemuan itu bahkan hingga waktunya molor lebih panjang sampai stafnya memberikan kode waktu telah habis,” katanya.

Suasana penuh keakraban dan raut Obama yang penuh perhatian ketika Jokowi berbicara menjadi sesuatu yang layak untuk diperhatikan.

Namun dari sisi penampilan di depan publik, Sudirman mengatakan tidak bisa dibandingkan antara Presiden yang baru setahun menjabat dan merupakan seorang “pendatang baru” di Jakarta dengan seorang Presiden yang telah hampir menghabiskan dua periode kepemimpinannya.

“Seorang Presiden AS yang sudah dua periode pasti beda tapi ia tetap menunjukan respek yang tinggi terhadap Presiden Jokowi yang sempat memberikan mention khusus bahwa Jokowi adalah pendatang baru di Jakarta dengan tantangan yang besar tetapi hanya dalam setahun sudah melakukan banyak hal yang fundamental,” katanya.

Obama di akhir pernyataannya bahkan sempat mengajak Jokowi bersalaman dengan wajah menghadap kamera.

Gestur itu memiliki filosofi yang mendalam karena Obama ingin dunia tahu bahwa ia punya tekad untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia.

Senyum Oval

Pasti bukan mudah untuk mengalahkan pesona Obama yang dikenal “charming” itu. Namun hal itu seperti tidak menjadi beban tersendiri bagi seorang seperti Jokowi.

Senyum ala Jokowi tetap terkembang di ruang kerja Obama, Oval Office, ketika keduanya duduk bersisian memberikan pernyataan media.

Berbeda dengan Obama, Jokowi menyiapkan catatan dalam map kulit warna hitam yang menjadi acuannya ketika memberikan pernyataan pada camera spray Gedung Putih.

Catatan itu menjadi filosofi tersendiri yang menunjukkan betapa Jokowi sangat berhati-hati meskipun ada improvisasi yang dilakukannya ketika berbicara soal asap.

Jokowi yang terbiasa bersikap santai kemudian diuji untuk lebih sistematis di hadapan puluhan media asing yang hadir yang sangat mengharapkan berita besar dari kunjungannya tersebut.

Dalam berbagai kesempatan Jokowi selalu menyampaikan posisinya ingin disejajarkan dengan pemimpin dari negara-negara besar yang lain. Barangkali mindset seperti itulah yang menjadikan kepercayaan dirinya tumbuh demikian kuat.

Penampilan Jokowi terbilang lumayan untuk seukuran “pendatang baru” di Jakarta bahkan melebihi ekspektasi.

Jokowi boleh dikatakan mampu sedikitnya mengimbangi Obama saat menyampaikan kalimat; “Saya dan Presiden Barack Obama berkomitmen untuk memperkuat hubungan Indonesia-Amerika.”

Tak seperti Obama, Jokowi mengancingkan jasnya sementara Obama membiarkan jasnya tidak terkancing sehingga kemeja biru muda dan dasinya tampak sangat jelas.

Hal itu menunjukan filosofi betapa Jokowi ingin menghormati tuan rumah sementara Obama justru ingin membangun suasana yang lebih akrab, bersahabat, dan tidak terlampau formal menegangkan.

Babak Baru

Berdua berjalan menyusuri lorong Rose Garden sesaat setelah memberikan keterangan pers di Oval Office membuat hubungan Indonesia dan Amerika Serikat laksana memasuki babak baru yang semakin cerah.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dan Presiden Obama yang berlangsung di Oval Office, Gedung Putih, dan berlangsung selama 1 jam 10 menit dan pernyataan pers bersama selama 20 menit berlangsung penuh makna.

“Pertemuan berlangsung dengan sangat baik, akrab juga produktif,” ucap Menlu.

Pertemuan dimulai dengan pernyataan belasungkawa Presiden Obama kepada Presiden Jokowi atas meninggalnya Eyang Sani Wirorejo, nenek dari Jokowi.

Dalam catatan Menlu, ada satu hal yang menarik setelah pertemuan selesai dilakukan, di mana tidak menjadi kebiasaan dari Presiden Obama pada saat pertemuan selesai dilakukan.

“Presiden Jokowi diundang untuk berjalan di lorong rose garden sampai ke tempat kediaman Presiden Obama,” kata Menlu.

Dari kediaman, Presiden Obama mengajak Presiden Jokowi masuk ke lorong yang menghubungkan antara kediaman Presiden Obama ke oval office dan Presiden Obama sendiri yang mengantar ke depan pintu, sebelum masuk ke mobil. “Hal yang menarik menunjukkan kedekatan terhadap Indonesia,” kata Menlu.

Dan treatment semacam ini, menurut pengamatan Menlu, di mana seorang Kepala Negara diajak ke area residen Presiden Obama, tidak pernah diberikan kepada kepala negara lain.

“Menunjukkan kedekatan Presiden Obama dan harapan Amerika untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia untuk menciptakan kerja sama strategis dengan Indonesia dan mengharapkan Indonesia dapat terus memainkan peran yang penting dan signifikan di ASEAN,” ucap Menlu.

Sesaat setelah melakukan pernyataan pers, Obama mengajak Jokowi berkeliling termasuk melihat sejumlah foto dan lukisan Presiden AS dari masa ke masa.

Keduanya melalui koridor dan terlibat pembicaraan akrab.

Filosofi yang penuh makna antar keduanya tampak di sela keakraban sesaat yang dibangun.

Di balik semuanya itu, Obama tetaplah yang paling mampu menghadirkan suasana “cair” barangkali karena ingin menunjukkan betapa berartinya Indonesia sebagai bagian dari masa kecilnya.

Sebuah filosofi penuh arti yang menandai terbukanya babak baru yang semakin positif bagi hubungan Indonesia dan Amerika Serikat (AS).

ANTARA

Related

Songsong Kepemimpinan Berintegritas Era Society 5.0, Sespimma Lemdiklat Polri Gelar Seminar Sekolah

Kupas News – Untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan yang berintegritas...

Humas Polri Gandeng Media Massa Wujudkan Pemilu Aman

Kupas News, Jakarta - Divisi Humas Polri menggandeng sejumlah...

Pembukaan KBN 2022 di Bengkulu Ditandai Peluncuran Logo dan Maskot

Kupas News, Kota Bengkulu – Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah...

Polri Kerahkan Pasukan Bantu Penanganan Gempa Cianjur

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat diwawancarai...

Ombudsman RI Minta Cabut Permentan Nomor 10 Tahun 2022

Kupas News, Kota Bengkulu - Anggota Ombudsman RI, Yeka...