By: Cik Ben
Ini tahun politik. Begitulah kata orang politik. Tidak begitu kata orang awam di Bengkulu. Ini tahun ‘nyari lokak’. Tahun nyari obyekan. Kalau tak dapat pokoknya, pucuknyapun jadilah.
Saya cuma menghayal saja. Seandainya di tahun politik ini, saya jadi calon legislatif, calon anggota dewan. Tapi sayangnya saya ini seorang dokter lelaki, tentunya saya ini akan disebut Caleg Dokter Ganteng. Kalau saya perempuan, tentunya saya disebut Caleg Dokter Cantik dong ah.
Seorang teman saya bertanya. Lantas masalahnya anda apa?
Saya jawab, pertanyaan anda salah. Bukan masalahnya yang harus dipertanyakan, tapi mengapa saya harus nyaleg? Baru pertanyaan keduanya, masalahnya apa anda mau nyaleg?
Tentunya itu perdebatan yang tidak demoktratis sebagai warga negara yang berhak menentukan dan mencari kehidupan.
“Kalau ada pemilih anda yang kakinya luka, minta pengobatan gratis, apa yang ada akan lakukan sebagai dokter?” tanya seorang teman.
“Ooo…..Tentunya saya akan tanyakan dulu, sudah berapa lama lukanya. Kalau baru saja luka, tentunya saya akan berikan pemilih saya itu obat merah. Kalau lukanya sudah cukup lama, maka saya akan kasih obat Sulfa dinamit, biar cepat kering. Tapikan ini hanya khayal saya aja”.
Temanku itu mangut-mangut. “Apakah anda paham selain soal kedokteran?”
Saya diam tak mau ngejawab. Kalau itu benar terjadi, tentunya didepan masyarakat saya akan bilang, “Saya akan memperjuangkan kesehatan warga disini yang memilih saya. Ini demi bangsa dan negara yang sehat dan sejahtera”.
Soalnya, terkadang masyarakat awamkan nggak tahu benar kalau di DPR itu ada bidang-bidang. Meskipun saya dokter misalnya, bisa saja di letakan di komisi yang membidangi pertanian. Kalau saya tehnik, bisa saja di tempatkan pada komisi kesehatan.
“Yang penting klik…..klik……klik dulu, meskipun krik…..krik…….krik”.
The post Girik Cik: Obat Merah Dari Dokter Caleg appeared first on kupasbengkulu.com.