Penulis: Â Benny Benardie
Di Indonesia,  Barongsai tradisi yang tak terpisahkan dari Imlek dan Gong Xi Fa Cai, tentunya pasca runtuhnya orde baru  Tahun  1998 silam.
Kran bereksprersi mulai terbuka, kebudayaan Bariongsai muncul kembali dan berkembang pesat dengan berbagai kelompok, bahkan acapkali di pesta perawinan di berbagai daerah, Barongsai tampil memukau.
 Keberadaan  Barongsai  di nusantara,  tentunya tidak lepas dari imigrasi warga Tiongkok dalam mengembangkan tradisi nenek moyangnya, seperti keberadaan Tabot (Tabut) di Kota Bengkulu atau di Pariaman Sumatera Barat (Baca : Tabot Bengkulu dalam Kontroversial Sejarah).
 Meskipun kebudayaan ini sempat dilarang, oleh Keputusan Presiden  No 14 tahun 1967. Kran reformasi, mengembalikan keberadaan Barongsai ini, pada era kepemimpinan Presiden RI Abdurahman Wahid, dengan mengeluarkan Kepres No 6  Tahun 2000.
Asal -Usul
Dalam berbagai literatur diceritakan, Barongsai merupakan tarian tradisional Cina yang keberadaannnya sudah ribuan tahun , mulai masa Dinasti Chin pada abad ke-3 Sebelum Masehi. Kesenian ini baru populer zaman dinastii selatan-utara (nan Bei pada tahun 420-589 Masehi.  Adapula yang mengatakan, Barongsai merupakan kisah mitologi masa dinasti Tang tahun 618-906 Mesehi.
Diceritakan, kala itu Raja Song Wen Di kewalahan dalam menghadapi serangan pasukan gajah Raja Fan Yang dari  Negeri  Lin Yi. Guna mengatur strategi perang agar menang, seorang Pangli9ma bernama Zhong Que membuat tiruan boneka menyerupai singa. Alhasil, strategi itu berhasil memukul mundur pasukan Raja Fan. Mulai saat itulah singa singaan itu populer diberbagai  penjuru dunia.
Versi lain menyebutkan, Barongsai berawal dari mimpi Sang Raja yang bertemu dengan mahluk yang menyelematkannya. Baru di keesokan harinya, hal itu diceritakan pada salah seorang menterinya . Setelah  di telaah sisi supranatural, maka terungkaplah kalau mahluk itu merupakan sosok singa yang datang dari barat (India.)
Terkesan tergadap mimpi tersebut, maka raja menyuruh membuat replika singa tersebut. Berita menyebar ke seluruh pel;osok negeri, hingga menjadi simbol keberuntungan . Padahal sosok singa yang digambarkan itu bukan hewan dari wilayah Cina itu sendiri.
 Setiap ganti kasiar, replika singga itu selalu memjadi ikon dengan infiltrasi Budhisme yang masuk ke Negeri Cina sebagai simbol pembela kebenaran dan penjaga bangunan suci. Penyebaran etnis Cina kala itu berjibaku dengan masyarakat asli. Setidaknya  Barongsai mulai berkembang pada abad ke 17, seiring imigrasi besar besaran kala itu.  (Dari berbagai sumber)
Jurnalis www.KupasBengkulu.com