Kamis, Maret 28, 2024

Kuli Bangunan Rela Urung Punya Rumah demi Dirikan Panti Asuhan

Siswanto bersama istri dan dua orang anak asuhnya
Siswanto bersama istri dan dua orang anak asuhnya

Bengkulu, kupasbengkulu.com – Memiliki rumah untuk keluarga merupakan impian semua orang. Kerja keras menjadi perjuangan panjang sebagai jalan mewujudkan sebuah tempat tinggal yang nyaman bernama rumah.

Hal yang sama juga dilakoni oleh Siswanto (47), seorang kuli bangunan di Kota Bengkulu. Bertahun-tahun ia membanting tulang hingga terkumpul sejumlah uang yang awalnya akan digunakannya sebagai modal membuat rumah untuk dia, istri dan ketiga anaknya.

“Saat itu, saya cuma mau mendirikan gubuk (rumah) di sebidang tanah yang saya punya dari hasil kerja keras, saya kerjakan sendiri sempat berdiri pondasi, namun ada ganjalan di hati saya dan isteri saat itu ada banyak anak-anak terlantar, yatim piatu dan ditinggal orang tua di sekitar saya,” ungkap Siswanto merendah, dikutip dari kompas.com.

Saat itu, selain bekerja sebagai kuli bangunan, Siswanto juga terlibat aktif di sebuah panti asuhan namun akibat persoalan tersendiri panti asuhan yang memiliki 63 anak asuh tersebut bubar.

“Karena sesuatu hal panti asuhan tempat saya mengabdi itu bubar dan anak asuhnya pergi semua, saya jadi kepikiran mereka, ada rasa di hati saya punya tanggung jawab agar mereka harus dikumpulkan kembali,” ungkapnya.

Di tengah kemelut berpikir antara melanjutkan pembangunan rumah dan merawat anak-anak akibat panti asuhan yang bubar berkecamuk, dia dan istri Sri Muafanah (47) akhirnya sepakat menghentikan pembangunan rumah pribadi dan mengalihkan dana pembangunan untuk membangun panti asuhan.

“Saya malu mengakuinya, saat itu hanya ada uang Rp 15 juta dari kerja sebagai kuli bangunan, sudah dipakai untuk dirikan fondasi rumah separuh, tersisa sedikit, lalu saya kontrak rumah untuk panti asuhan maka berdirilah panti asuhan,” kenangnya.

Sebagai tempat tinggal dia dan keluarganya maka dibuatlah ruangan tambahan berukuran kecil di belakang panti asuhan tersebut. Istrinya juga menyisihkan uang dari upah menjahit agar panti asuhan dapat didirikan.

Panti Asuhan akhirnya berdiri pada tahun 2013 di Kelurahan Semarang, Jalan Irian Gang SMPN 10, Kota Bengkulu, dan diberi nama diberi nama “Guyub Rukun”.

Siswanto mengatakan, pada awal berdiri, panti asuhan menampung 11 orang anak yatim, yatim piatu dan terlantar. Empat bulan awal berdiri praktis tak ada sumber pendanaan untuk memberi makan, biaya sekolah para anak kecuali menggunakan sisa uang milik Siswanto dan istri.

“Pernah pada suatu sore beras hanya tinggal tiga genggam, jika dimasak tentu tak akan cukup apalagi mengenyangkan anak-anak, saya berdoa sore itu hingga menangis, meminta pada Yang Maha Kuasa diberikan jalan, ajaib beberapa menit saya usai menangis ada donatur menyumbangkan makanan,” cerita Siswanto dengan mata berkaca mengenang masa itu.

Saat ini, persoalan makan untuk anak-anak yang diasuhnya tidak begitu menjadi persoalan utama. Hanya persoalan biaya pendidikan anak-anak untuk sekolah. Ada 18 anak saat ini di panti asuhan tersebut.

“Usia paling muda tiga tahun, paling tua SMA kelas III, memang tak ada donor tetap tapi Tuhan kadang mengejutkan dalam memberi rejeki untuk anak-anak ini,” kata Siswanto.

Didampingi istrinya, Siswanto menuturkan pendidikan formal atau sekolah wajib didapatkan para anak asuhnya, sedangkan pendidikan nonformal di panti asuhan diberinya melalui pendidikan agama, mengaji, shalat, dan akidah akhlak.

Siswanto juga mulai menyiapkan pembangunan rumah permanen untuk panti asuhan yang ia asuh dari sumbangan para donatur.

“Kami alhamdullilah syukur sudah beli tanah untuk panti asuhan dan perlahan membangun rumah sendiri untuk panti asuhan, bantuan banyak pihak tentu dibutuhkan,” ucapnya.

Tidak saja bantuan dalam bentuk uang, Siswanto juga menerima bantuan berbentuk buku, pakaian, bahkan tenaga pengajar khususnya untuk anak- anak yang haus kasih sayang.

“Anak-anak di sini adalah mereka yang kurang kasih sayang, ditinggal orangtua, dampak perceraian, dan lainnya, jadi kalau ada yang mau dampingi mereka untuk membangkitkan keceriaan dan bikin mereka tersenyum kami tentu senang hati,” ungkap Siswanto.

kompas.com

Related

Cerita Sedih Irma June Dibalik Lagu Do Your Best yang Jadi Theme Song From Bali With Love

Kupas Musik - Kemerduan vokal yang dimiliki penyanyi legendaris...

AM Hanafi Sang Perlente Kawan Soekarno yang Disambut Fidel Castro

AM Hanafi (kiri) bersama Fidel Castro (kanan), Foto: Dok/margasarimaju.com AM...

Menjadi yang Terbaik Tak Perlu Menjatuhkan Pihak Lain

Inspiratif, kupasbengkulu.com – Seorang Guru membuat tangga 10 injakan, lalu...

Beni Ardiansyah Direktur WALHI Bengkulu Terpilih ” Keadilan Itu Harus Direbut”

Kota Bengkulu,kupasbengkulu.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu...

Otna Pilih Hidup Diatas Sampan Reot dan Air Payau Daripada Hidup Menjadi Budak

Kota Bengkulu,Kupasbengkulu.com -  Petang itu suasana di sudut Pesisir...