Jumat, April 26, 2024

Menambah Wawasan Masyarakat Tentang Cuaca Ekstrem

Cuaca ekstrem
Cuaca ekstrem

kupasbengkulu.com – Beberapa dekade terakhir, bagi masyarakat luas perubahan cuaca ekstrem yang terjadi saat ini memiliki dampak yang cukup signifikan. Sebagian masyarakat awam belum mengenal beberapa keadaan cuaca yang cepat berubah secara signifikan, seperti ketika melihat awan gelap pasti jawaban masyarakat awam sebentar lagi akan hujan. Begitu sebaliknya cuaca dengan cepat berubah menjadi cerah, ketika cuaca cerah keesokan harinya malah hujan lebat terus menerus sehingga mengakibatkan banjir.

Masyarakat awam penting untuk mengenal cuaca yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini cuaca ekstrem yang begitu sering masyarakat alami adalah Hujan. Hujan adalah butiran air yang jatuh ke permukaan bumi. Hujan terjadi karena adanya proses kondensasi terhadap awan konvektif. Awan konvektif seperti awan cumulus dan cumulusnimbus. Hujan juga bisa berasal dari awan yang bukan konvektif seperti awan stratus.Kebanyakan awan terjadi pada skala jauh lebih kecil yaitu sebanding dengan dimensi partikel awan dan presipitasi.

Hujan yang sering terjadi membuat masyarakat ingin mengetahui lebih lagi tentang terjadinya hujan beserta awan yang mendukung proses terjadinya hujan lebat. Tanpa disadari masyarakat kini sudah mengenal tanda-tanda akan terjadinya hujan, seperti awan yang begitu gelap, adapun ditandai dengan guruhmaupun kilat. Tanda-tanda tersebut merupakan hal yang sangat umum bagi masyarakat awam mengenal tanda-tanda akan datangnya hujan.

Tanda-tanda dari terbentuknya hujan merupakan proses pembentukan, pertumbuhan awan dan interaksi dengan lingkungan. Dalam pembentukan tetes-tetes awan dan interaksinya terhadap pembentukan tetes hujan dan kristal es dikendalikan oleh ukuran partikel awan dan presipitasi.

Saat uap air mulai mencapai fase jenuh maka proses penguapan mengawali pembentukan dan pertumbuhan awan untuk kemudian dilanjutkan dengan proses tumbukan dan penyatuan. Proses ini berlangsung dengan luar biasa di atmosfer bumi.

Awan konvektif terbentuk jika udara menjadi kelewat jenuh terhadap air cair dalam beberapa kasus dan akan mengalami perubahan bentuk secara terus-menerus. Tetes hujan akan tumbuh jika populasi awan menjadi tidak stabil. Pertama tumbukan langsung dan penangkapan tetes-tetes air. Kedua interaksi antara tetes air dan kristal es yang terbatas pada awan yang puncaknya diatas paras 0oC.

Awan yang terdiri dari tetes awan dan kristal es yaitu awan cumulusnimbus (Cb). Cumulusnimbus adalah awan yang tampak mampat dan berat, menjulang sangat tinggi berbentuk gumpalan besar. Awan Cb banyak dijumpai di Indonesia, awan ini dapat menghasilkan hujan deras tiba-tiba dan disertai dengan batu es, kilat dan guruh. Dalam kehidupan sehari-hari hujan yang deras dan datang secara tiba-tiba merupakan proses terbentuknya awan cb pada daerah tersebut.

Proses pembentukkan awan Cb ketika temperaturnya sangat rendah dan terdiri atas kristal-kristal es, daerah dasar awan terdiri atas butiran-butiran air sedangkan dibagian diantaranya terdiri dari beberapa campuran butiran-butiran air kelewat dingin dengan kristal-kristal es. Tekanan uap jenuh di atas air lebih besar dari pada di atas es, maka kristal-kristal es akan tumbuh dengan melepaskan butiran-butiran air kelewat dingin. Saat kristal es tumbuh lebih besar, maka kecepatan terminalnya semakin meningkat kemudian menumbuk butiran air kelewat dingin dan kristal es yang lebih kecil (lebih lambat) dalam lintasannya. Jika temperatur udara di bawah awan sampai ke tanah di bawah titik beku maka kristal es mencapai permukaan tanah sebagai serpih salju, sebaliknya jika temperatur di bawah awan di atas titik beku maka serpih salju meleleh dan jatuh sebagai hujan.

Dalam beberapa hari kedepan, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi sejumlah wilayah di tanah air berpotensi mengalami cuaca ekstrem yang berupa hujan lebat dan angin kencang akibat adanya belokan angin di wilayah Aceh Riau, Kep. Nias dan Mentawai, Lampung, Kalimantan Timur hingga Papua. Wilayah yang berpotensi hujan lebat adalah Jawa Timur dan Lampung. Wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang adalah Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Maluku dan Papua.Selain adanya belokan angin, kelembaban udara tinggi di sebagian wilayah Indonesia mendukung proses pertumbuhan awan hujan tersebut.

Adapun faktor yang mempengaruhi proses perkembangan awan diantaranya pemanasan permukaan, pengangkatan yang dipengaruhi keadaan suatu daerah, pengangkatan akibat konvergensi pada permukaan udara, serta pengangkatan udara di sepanjang frontal regions. Keberlangsungan proses ini sangat ditentukan oleh kadar uap air di permukaan bumi.

Hujan berpotensi tinggi dapat mengakibatkan banjir, tanah longsor, serta menimbulkan penyakit bagi masyarakat.Masyarakat kini sudah mengenal tanda-tanda pembentukan awan dan hujan. Diharapkan masyarakat kedepannya lebih waspada karena potensi hujan lebat akibat awan konvektif masih terjadi selama bulan Agustus.

Penulis: Jenni Maria Renata

Taruna Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Related

Gubernur Rohidin Mersyah Dukung Pengembangan UINFAS Bengkulu

Kupas News, Bengkulu – Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah terima...

PKBM se-Kota Bengkulu Ikuti Bimtek Peningkatan Kompetensi Pengelolaan Keuangan

Kupas News, Kota Bengkulu - Sebanyak 76 peserta dari...

Hadiri Peresmian SALUT, Wabup Wasri Ingin UT Jadi Akses Kemajuan Daerah

Kupas News, Mukomuko – Wakil Bupati Mukomuko Wasri, hadiri...

Sosialisasi Literasi Digital Menangkal Hoax dan Disinformasi

Kupas News, Kota Bengkulu – Bidang Humas Polda Bengkulu...

39 Kwarda Ikuti Peran Saka 2022, Sekdaprov Ingatkan Jaga Nama Baik Bengkulu

Kupas News, Kota Bengkulu - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi...