Selasa, April 23, 2024

Menapaki Jejak Stamford Raffles Bersama Kru TV CNA (Bagian III)

view tower
Kru CNA mengambilan suasana Kota Bengkulu dari puncak view Tower

Lift Rusak, Tetap “Keukeuh” Ambil Gambar dari Puncak View Tower

kupasbengkulu.com – Melengkapi pengambilan gambar tentang suasana di Kota Bengkulu, sekitar pukul 11.00.WIB, kru TV CNA tertarik mengambilnya dari atas view tower atau yang dikenal dengan menara pemantau tsunami, yang berlokasi di depan gedung daerah atau rumah dinas Gubernur Bengkulu.

(Baca juga : Menapaki Jejak Stamford Raffles Bersama Kru TV CNA (Bagian II))

Di lokasi ini, para kru TV yang selalu ingin hasil kerjanya sempurna ini mendapatkan tantangan harus menaiki sekitar 250 anak tangga, dengan suasana yang gelap dan pengap, karena lift view tower yang sedang dalam keadaan rusak. Apalagi diperparah dengan matinya alat pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC), dan lampu view tower karena genset di lokasi tersebut tidak hidup.

“Kalau lift nya rusak, bagaimana orang memantau tsunami,” gumam soundman TV CNA, Sazali Salleti.

Dengan dipandu dua orang petugas dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Provinsi Bengkulu, kupasbengkulu.com turut merasakan letih dan penat menaiki anak tangga, dalam kondisi gelap dan pengap.

Setelah merasakan penat dan pengapnya jalan menuju puncak view tower selama lima menit, setibanya di puncak situasi ini tidak disia-siakan oleh kameraman, Jan Polack, dan langsung mengabadikan gambar suasana Kota Bengkulu.

Kondisi angin yang kencang begitu terasa di puncak View Tower ini, sesekali terlihat juga rangka baja yang ada bergoyang karena diterpa angin kencang. Jan Polack tak menghiraukannya, dan tetap “Keukeuh” mengambil dua sesi gambar, yaitu ke arah Pantai Panjang Bengkulu, dan ke Pantai Malabero.

Rupanya, para kru TV merasakan lelah penat setelah menaiki ratusan anak tangga ini, sehingga sekitar pukul 11.32.WIB memutuskan untuk kembali ke hotel beristirahat, sebelum melanjutkan pengambilan gambar berikutnya.

makam inggris
Pengambilan gambar di Makam Inggris, Kota Bengkulu

Menelusuri Jejak Makam Anak Raffles di Bengkulu

Pengambilan gambar kru TV CNA berikutnya dilakukan sekitar pukul 14.00.WIB, di komplek Pemakaman Inggris di Kawasan Jitra, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Dalam upaya, pencarian jejak makam empat orang anak Raffles yang meninggal di Bengkulu.

Sir Thomas Stamford Raffles diangkat menjadi Gubernur Bengkulu pada tahun 1818. Dia tiba di Bengkulu pada bulan Maret 1818 didampingi oleh istrinya Lady Sophia Raffles dan seorang Kepala Adat Jawa Raden Rana Dipura.

Dalam perjalanan dari Inggris ke Bengkulu, Lady Sophia Raffles melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Charlotte Sophia Tanjung Segara Raffles. Ketika Raffles tiba di Bengkulu dia menemukan Bengkulu yang luluh lantak akibat gempa bumi, oleh karena itu kota Bengkulu disebut dengan istilah “Tanah Mati”.

Namun setelah itu, Raffles bersama-sama dengan rakyat Bengkulu membangun dan membangkitkan kembali Kota Bengkulu dari puing-puing Tanah Mati. Raffles juga berjasa bagi masyarakat Bengkulu karena menghapuskan sistem perbudakan dan membatasi permainan sabung ayam.

“Saat itu Raffles membebaskan lahan yang dijadikan arena sabung ayam, tujuannya agar masyarakat Bengkulu tidak bermalas-malasan,” tutur Sejarahwan Bengkulu, Agus Setianto, ketika dibincangi, Julian.

“Pengalaman pahit” mendera Raffles dan isterinya Lady Sophia selama di Bengkulu, karena empat orang anaknya meninggal, akibat buruknya sanitasi saat itu. Leopold Stamford (Penang, 12 Maret 1819 – Bengkulu 4 Juli 1821), anak kedua mereka, tewas karena wabah kolera. Beberapa bulan kemudian disusul anak ketiga mereka Stamford Marsden (Bengkulu, 25 May 1820 – Bengkulu, 3 Januari 1822) yang tewas karena radang usus.

Sebelas hari kemudian anak pertama mereka tewas karena penyakit yang sama, Charlotte (lahir saat berlayar ke Bengkulu, 15 Februari 1818 – Bengkulu,14 Januari 1822).

“Sedikit kisah tentang Charlotte, seorang pria bangsawan Jawa menamainya dengan ‘Tunjung Segara’, tampaknya karena gadis ini lahir di kapal saat pelayaran dari Inggris ke Bengkulu. Gadis ini cukup cerdas, pada usia tiga tahun sudah lancar berbicara dalam bahasa Melayu, bahasa India, dan tentu saja bahasa Inggris,” tutur Agus Setianto.

Sekitar sepuluh bulan kemudian anak kelima Flora Nightingall (Bengkulu, 19 September 1823 – Bengkulu 28 November 1823) turut mengikuti jejak kakak-kakaknya. Hanya enak keempat Ella Sophia (Bengkulu, 27 Mei 1821 – Inggris, 5 Mei 1840) yang berhasil melewati saat-saat genting dalam hidupnya. Dia turut pindah ke Singapura bersama kedua orang tuanya setelah Traktat Inggris-Belanda pada 1824.

“Tapi belum diketahui pasti apakah keempat orang anak Raffles ini dimakamkan di komplek pemakaman ini, karena belum ada petunjuk yang merujuk mereka di makamkan disini,” kata Agus.

Di lokasi pemakaman ini terlihat Sang Director, Tom St, menggeleng-gelengkan kepalanya, seakan tak percaya begitu melihat kondisi pemakaman Inggris ini. Sebab, sepengetahuannya di makam ini dikubur ribuan orang Inggris, tapi kenyataannya hanya tinggal sekitar 50 an makam lagi.

Makam Inggris ini banyak yang hilang akibat penjarahan, dan juga munculnya rumah warga di lokasi pemakaman ini. Dan menyebabkan lokasi pemakaman menjadi terbagi-bagi, dan hilang termasuk empat makam anak Raffles yang katanya dimakamkan di lokasi ini.(Bersambung)

Penulis : Yasrizal, Kota Bengkulu.

Related

DPRD Provinsi Bengkulu Sahkan Raperda Perpustakaan dan Kearsipan

DPRD Provinsi Bengkulu Sahkan Raperda Perpustakaan dan Kearsipan ...

Usin Bangga DPRD Lahirkan Regulasi yang Bermanfaat Bagi Penyandang Disabilitas

Usin Bangga DPRD Lahirkan Regulasi yang Bermanfaat Bagi Penyandang...

Pemprov Hibahkan Bangunan, Gubernur Rohidin: Agar BMKG Miliki Gedung Representatif

Pemprov Hibahkan Bangunan, Gubernur Rohidin: Agar BMKG Miliki Gedung...

Pemda Kaur Dukung Gerakan Reforma Agraria Nasional

Pemda Kaur Dukung Gerakan Reforma Agraria Nasional ...

Jaksa Masih Menggali Kesimpulan Kasus Dana Stunting di Seluma

Jaksa Masih Menggali Kesimpulan Kasus Dana Stunting di Seluma ...