Rabu, April 24, 2024

“Menggugat Agama(wan) terhadap Moralitas Bangsa”

gemini van Royen
Oleh: Gemini Van Royen*

Identitas masyarakat “agamis” yang melekat pada bangsa Indonesia ternyata tidak selalu mendapatkan pengabsahannya. Ini bisa kita lihat dalam ranah sosiologis. Ada kesenjangan yang menganga antara doktrin keagamaan yang ideal dan fakta empirik yang dapat disaksikan dilapangan.

Umumnya, agama, apapun namanya, pada tataran idealnya selalu diyakini oleh pemeluknya sebagai pembawa nilai-nilai adiluhung seperti perdamaian, kerukunan, keadilan, kesetaraan dan sejumlah nilai humanistik-transendental lainnya. Pendeknya, agama hadir di muka bumi dengan mengusung seperangkat ajaran yang selalu berkonotasi pada nilai-nilai kebajikan.

Karena itu, prilaku yang mengarah kepada kekerasan, terorisme, kedzaliman, keangkuhan, diskriminasi, intoleransi selalu dianggap sebagai contradictio in terminis dengan agama. Karenanya, agama dalam kondisi apapun, oleh pemeluknya yang fanatik, harus dicitrakan sebagai pemilik kebenaran dan kesucian. Biasanya, kaum beragama akan mengajukan alibi klasik; “yang salah bukan agamanya, tetapi pemeluknya” (abdul mukti)

Dimulai dari Landasan manuskrip kitab yang wajib menjadi pegangan dalam setiap lini kehidupan, terdapatnya kekakuan dalam penyampaian teks naskah kitab. Hal ini mayoritas didasari oleh pengagungan naskah tersebut sebagai kalimat Tuhan yang sakral dan suci, untuk kemudian dipoles dengan sikap berlebihan dalam bentuk jargonitas bahwa tidak boleh diragukan kebenarannya tanpa disandingkan dengan metode pengkajian yang setara dengan arus kritikan yang deras dari “cendekiawan” lain. Sehingga mengurangi kekayaan khazanah teks itu sendiri.

Kekalahan ini berdampak pada minat pembacaan teks kitab itu sendiri, masyarakat awan sendiri merasa malu untuk menyuarakan isi kandungan kitab mereka dikarenakan tidak mampu mendukung perkembangan ilmu dan pengetahuan yang drastis setelah Renaissance.

Tidak dapat dilepaskan juga para tokoh keagaamaan yang menyikapi kondisi realitas dinamika social yang terjadi. Mereka yang mengedepankan simbol-simbol keagamaan bersifat eksklusif dan ekstrim dalam menyikapi kondisi yang ada. Mayoritas yang terjadi banyak menggunakan sangsi berupa pemberian kata-kata yang mengandung sarkasme dengan memposisikan sebagai hukum Tuhan yang mereka bawa. Atau dengan kata lain, lebih banyak menggunakan penghakiman lisan untuk kemudian dibiarkan dalam do’a semoga Tuhan membalas, ketimbang mengulurkan tangan untuk menciptakan kondisi yang lebih bermartabat.

Sebagai contoh, aksi-aksi kekerasan berlabel agama yang diduga sebagai penyikapan negative dari hegemoni kapitalisme dan globalisme adalah bukti bahwa pemeluk agama tertentu sedang mengalami ketegangan. Baik ketegangan dalam memaknai doktrin maupun ketegangan dalam menyikapi modernitas.

Sehingga konsep jihad sebagai cara kembali kepada ajaran-ajaran agama ternyata gagal memberikan citra positif terhadap kesantunan agama. Apakah ada yang salah dalam dakwah keagamaan ?
Untuk itu muncul beragam pertanyaan yang mendasari :
Sumber-sumber ajaran ~dalam hal ini agama(wan)~ tidak mampu mentransformasikan nilai ajaran kedalam tataran praksis.

Masyarakat yang belum tahu dan belum mampu mencerap sumber tersebut ke dalam tataran praksis.
Sumber tersebut sudah tidak relevan.

Ada sumber lain yang lebih diyakini mampu membawa kehidupan yang lebih baik, yang bernama modernitas.
Atau jangan-jangan kitab yang ada memang karangan nabi, sehingga hanya dia yang tahu dan mampu bagaimana membawa Tuhan ke dalam setiap lini kehidupan melalui kitab tersebut. Wallau’alam bissawab.

Penulis: Warga Bengkulu

Related

DPRD Provinsi Bengkulu Sahkan Raperda Perpustakaan dan Kearsipan

DPRD Provinsi Bengkulu Sahkan Raperda Perpustakaan dan Kearsipan ...

Usin Bangga DPRD Lahirkan Regulasi yang Bermanfaat Bagi Penyandang Disabilitas

Usin Bangga DPRD Lahirkan Regulasi yang Bermanfaat Bagi Penyandang...

Pemprov Hibahkan Bangunan, Gubernur Rohidin: Agar BMKG Miliki Gedung Representatif

Pemprov Hibahkan Bangunan, Gubernur Rohidin: Agar BMKG Miliki Gedung...

Pemda Kaur Dukung Gerakan Reforma Agraria Nasional

Pemda Kaur Dukung Gerakan Reforma Agraria Nasional ...

Jaksa Masih Menggali Kesimpulan Kasus Dana Stunting di Seluma

Jaksa Masih Menggali Kesimpulan Kasus Dana Stunting di Seluma ...