kupasbengkulu.com – Melintasi Desa Tanjung Dalam Kecamatan Pondok Kubang Kabupaten Bengkulu Tengah, terlihat banyak kayu balok tertumpuk rapi. Ratusan ikat kayu bakar juga disusun sedemikian rupa. Desa ini memang dikenal sebagai penghasil kayu bakar dari batang Karet dan Pelangas, untuk Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu dan sekitarnya.
kupasbengkulu.com menemui salah seorang pengusaha kayu bakar di desa ini, Sisna Haniah (35). Ya, dia sosok ibu dua anak yang telah menggeluti bisnis kayu bakar sejak 7 tahun lalu bersama suaminya Sri Murtani (37).
Bahan untuk kayu bakar didapat dari membeli di lahan, untuk empat Hektare (Ha) lahan berisi kayu, ia biasa membeli Rp 1,5 juta. Suaminya dibantu beberapa anak buah kemudian memotong sendiri kayu tersebut lalu dipotong dan dibawa pulang ke desa.
Selanjutnya giliran Sisna, yang memandu beberapa pekerja harian yang terdiri dari ibu-ibu sekitar rumahnya, untuk membelah balok kayu menjadi kayu bakar dengan kapak. Upah membela dihitung berdasarkan jumlah ikat kayu yang berhasil dibelah.
“Kita selalu antar barang. Satu ikat sampai ditempat Rp 2.500. Kalau beli langsung di sini Rp 1.800,” kata Sisna, kepada kupasbengkulu.com kamis (18/9/2014).
Sisna mengaku, dalam seminggu ia bisa menjual 1.000 ikat lebih kayu bakar kepada para pengecer kayu bakar Kota Bengkulu, pengusaha rumah makan, pengusaha bawang goreng serta beberapa langganan tetap. Ia juga menjual empat mobil kayu bakar ukuran besar dalam seminggu untuk memenuhi pesanan pengusaha kerupuk dan batu bata.
Jika musim hujan tiba, terang dia, maka bahan kayu sulit didapat. Sebab kondisi jalan menuju lahan tempat dimana kayu diperoleh kebanyakan masih tanah liat. Karenanya, selagi musim panas, ia menyediakan banyak stok. Ia sangat bersyukur usaha ini, membuat kebutuhan keluarganya terpenuhi. Pasalnya, dalam sebulan ia bisa meraup penghasilan bersih minimal Rp 7 juta.
Hal ini tidak lepas dari usahanya dalam menjalin hubungan baik dengan pelanggan. Bahkan, Sisna tak segan memberikan fee (bonus,red) untuk orang yang bisa membantunya memasarkan kayu bakar.
“Perjalanan hidup membuat saya belajar bahwa sekecil apapun usaha yang kita jalani, hubungan dengan pembeli, pekerja dan kualitas barang adalah hal utama,” imbuh Sisna.
Kini Sisna dan suami masih terus bekerja keras, untuk membuat usaha yang ia awali dengan modal tak seberapa ini agar terus berkembang.
“Usaha itu harus diperjuangkan agar terus berkembang, sekecil apapun itu. Jika yang diharapkan adalah kemajuan,” tutup Sisna sambil menyusun kayu bakar yang telah diikat.
Penulis : Evi Valendri, Kabupaten Bengkulu Tengah.