kupasbengkulu.com – “May Day” atau hari buruh internasional kerap menjadi pemandangan yang dapat membangunkan bulu roma, bagaimana tidak saat itu di berbagai kota ratusan ribu buruh turun ke jalan menyuarakan hak dan tuntutan mereka.
Beragam tuntutan yang mereka sampaikan, misalnya Hapus sistem kerja kontrak dan outsorcing, upah layak bagi kaum buruh, jaminan sosial bukan asuransi sosial, subsidi untuk rakyat, STOP Privatisasi Dan Nasionalisasi semua aset-aset strategis dan lain sebagainya.
Tak jarang aksi para buruh tersebut melumpuhkan objek vital negara, sebuah tuntutan yang manusiawi pekerja profesional yang menuntut hidup baik.
Namun tahukah, puluhan ribu buruh yang berderap serentak, melebihi rapatnya barisan tentara itu dipimpin oleh seorang putri Bengkulu? dialah, Nining Elitos.
Nining Elitos merupakan anak petani dari sebuah desa terpencil Semelako Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu, setelah lulus Sekolah Menegah Kejuruan (SMK), ia merantau ke Jakarta, kemudian bekerja di pabrik garmen dan tekstil.
Sejak awal 1998 mulai bekerja, setelah bekerja hampir dua tahun, muncul kegelisahan dalam bekerja karena kondisi yang buruk, kegelisahan itu semakin memuncak ditambah hak para pekerja yang kadang diacuhkan pengusaha.
Saat itu ia mulai bergerak bersama kawan-kawan buruh mencoba membangun organisasi yang memang untuk kepentingan buruh
“Kemudian saya di percaya menjadi ketua Pengurus Serikat Buruh di tempat saya bekerja, sempat memimpin pemogokan di pabrik tempat bekerja untuk memperbaiki kondisi yang buruk tersebut,” kata Nining Elitos.
Ia melanjutkan, pada tahun 2000 ia dipercaya menggawangi serikat di tingkat federasi yang bernama Gabungan Serikat Buruh Mandiri (GSBM) sebagai wakil ketua dan kemudian menjabat sebagai sekretaris umum.
Federasi GSBM salah satu federasi cikal bakal melahirkan Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), sejak tahun 2008-2011 menjadi Ketua Umum Kasbi, pada tahun 2011-2015 terpilih kembali menjadi ketua umum Konfederasi KASBI
Nining Elitos dilahirkan di Semelako 15 september 1977. Sebagai pimpinan buruh yang cukup diperhitungkan di level nasional ia juga kerap menulis di beberapa media nasional seperti koran Kompas, website kasbi, dan beberapa media lainnya.
Ia juga kerap menghadiri kongres buruh internasional dan beberapa pertemuan level internasional lainnya.
Aksi hari buruh terakhir ia dan buruh lainnya menyampaikan Sepuluh Tuntutan Rakyat (Sepultura):
1. Hapus sistem kerja kontrak dan outsorcing
2. Upah layak bagi kaum buruh
3. Jaminan sosial bukan asuransi sosial
4. Subsidi untuk rakyat
5. STOP Privatisasi Dan Nasionalisasi semua aset-aset strategis
6. STOP Union Busting dan kriminalisasi aktifis buruh
7. Turunkan harga BBM dan sembako
8. Bangun industri nasional yang kuat untuk mensejahterahkan rakyat
9. Tanah untuk kesejahterahan rakyat
10. Pendidikan gratis dan berkwalitas untuk seluruh rakyat