Untuk lebih mahir lagi, beberapa dari mereka mau menimbah ilmu pembuatan sepatu ke Balai Persepatuan Indonesia di Sidoarjo selama dua minggu. Sementara, Suminah yang bertindak sebagai pencari donator untuk membiayai mereka.
Rata-rata penduduk kampungnya itu sudah mahir memproses bahan baku, hanya saja untuk benar-benar membuat suatu produk jadi terbilang belum bisa karena terkendala ketersediaan bahan penolong, seperti kulit, heel, lem, insol, dan pengilap.
“Untuk bahan-bahan penolong ini harus dibeli di Jawa, karena tidak ada di Bengkulu. Lantaran itu, proses finishing masih saya yang melakukan. Tapi saya harap mereka pada akhirnya bisa membangun bisnisnya sendiri, karena pangsa pasar sangat terbuka. Saya sama sekali tidak takut tersaing, malah senang bisa membantu orang,” kata dia.
Duta Wirausaha
Kepedulian sosial Suminah dalam memberdayakan orang lain ini telah menarik perhatian BNI Syariah. Ia pun dipercaya menjadi duta Mutiara Bangsa Berhasanah bersama 13 wirausaha unggul Tanah Air yang diseleksi ketat dari 415 kandidat.
Peran Suminah dipandang sejalan dengan program CSR BNI Syariah yakni pemanfaatan lembaga non formal pendidikan dan pelatihan kewirausahaan berwatak dan berwawasan sosial Kompatriot Socialpreneur.
Dalam program Kompatriot Indonesia yang berarti “Saudara Sebangsa Setanah Air” itu, Suminah menjadi tutor karena dianggap telah memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan potensi generasi muda sebagai penerus masa depan agar memiliki visi dan misi kebangsaan, kerakyatan dan kemandirian.
Suminah pun sepakat bahwa masyarakat harus didorong untuk berwirausaha karena dapat membuat hidup seseorang menjadi mandiri dan bermanfaat bagi sekitar.
“Sebenarnya mudah saja, asalkan ada keterampilan dan kemauan. Keterampilan diasah terus sembari mencari cara agar bisa berorientasi bisnis. Mengenai modal dan pasar, saya yakin dua komponen ini akan mengikuti asalkan produk yang dihasilkan sesuai standar,” kata dia.