Sore, Juanda Nada Pratama telah rapi seperti biasa. Bersama kedua tongkat yang setia menemaninya, sulung dari dua bersaudara yang tinggal bersama kedua orangtua dan seorang adik di Desa Renah Semanek, Kecamatan Karang Tinggi ini melakukan aktivitas rutinnya.
Sejak diamputasi dua bulan lalu, tak ada yang berubah dalam dirinya kecuali kehadiran dua tongkat kayu yang menggantikan kaki kirinya untuk melangkah.
Kini ia duduk di kelas VII SMP 03 Karang tinggi. Buah hati pasangan Dari dan Setyawati ini awalnya diduga terkilir pada bagian lutut saat bermain bola. Namun bengkak kian membesar, hingga akhirnya saat diperiksa pada dokter ahli tulang, Juanda diketahui mengidap tumor.
“Kakinya jadi bengkak besar, setiap saat ia mengeluh sakit. Obatnya waktu itu ya dikasih penahan rasa sakit. Karena mau operasi kami tidak ada biaya. Akhirnya setelah 7 bulan, kami jual kebun dan bawa Juanda ke Rumah Sakit Bayangkara, lalu di operasi” ungkap Setyawati.
Saat operasi di Bayangkara, kaki Baru belum diamputasi, namun hanya membuang bagian bengkak akibat tumor saja. Rupanya operasi ini belum menyembuhkan Juanda sepenuhnya. Ia masih kerap kesakitan, akhirnya dua bulan lalu ia kembali dioperasi di Rumah Sakit M Yunus Bengkulu.
“Operasi kedua kami mendapat bantuan dari berbagai pihak. Sehingga tidak mengeluarkan biaya. Rasanya tak menentu, anak saya sudah menghabiskan puluhan kantong darah. Saya kehilangan kata-kata saat Juanda menangis menyadari kaki kirinya sudah tidak ada” Setyawati kembali bercerita.
Namun sebagai ibu, Setyawati bersyukur, kondisi putra tercintanya tak membuat anak anak lain mengejek.
“Teman temannya tambah baik ke dia, Alhamdulillah” Tambah Setyawati.
Juanda yang bercita cita menjadi dokter ini, juga merupakan siswa berprestasi. Meski sekarang ia hanya memiliki satu kaki namun baginya mimpi tetap harus diraih.
“Sebelum operasi ada pak dokter yang juga punya kaki satu bilang kalau kita tetap bisa jadi orang hebat walaupun pakai tongkat” Juanda tertawa kecil lalu pamit pergi mengaji.
Penulis; Evi Valendri