kupasbengkulu.com – Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Bengkulu (Unib), Dr. Gunggung Senoaji, S.Hut, MP mengatakan daratan Pulau Tikus Kota Bengkulu, sudah tidak dapat diselamatkan lagi? Bagaimana tidak, setiap tahunnya daratan Pulau Tikus terus menyusut sebanyak 5 meter akibat abrasi air laut.
”Kita memprediksi Pulau Tikus ini kalau tidak ada antisipasi serius dari pemerintah pusat maupun pemerintah Provinsi Bengkulu 20 tahun mendatang akan menghilang,” kata Gunggung, Minggu (23/3/2014).
Ia mengatakan, daratan Pulau Tikus saat ini hanya tersisa 0,77 Hektare (Ha). Hal tersebut, berdasarkan, hasil pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan GPS. Sementara, luas daratan Pulau Tikus dulunya mencapai 2 Ha.
”Sudah kita keliling pulau tikus, dan ternyata luas daratannya tinggal 0,77 Ha lagi,” jelas Gunggung.
Lantas apa solusi untuk menghindari menghilangnya pulau Tikus? Dirinya pesimis, jika pulau tikus tersebut sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Loh kok? Kondisi tersebut, dilihat dari pembangunan pemecah gelombang yang sudah dibuat tidak mampu menahan abrasi air laut.
Selain itu, penanaman hutan mangrove di Pulau Tikus, terang dia, juga tidak bisa mengatasi abrasi. Pasalnya, mangrove bisa hidup jika ada air mengandung tawar. Sementara di Pulau Tikus sama sekali tidak ada. Ia mencontohkan, negara luar untuk menyelamatkan pulau yang terkena abrasi mesti mengeluarkan dan triliunan rupiah. Cara yang digunakan Pulau di Bendung.
”Kalau memang mau menyelamatkan Pulau Tikus, pemerintah harus berani mengeluarkan dana besar. caranya, dengan melakukan penimbunan pasir ke lokasi abrasi yang sudah terkena imbas abrasi. Kalau itu dilakukan tentunya Pulau ini akan bisa diselamatkan. Kalau tidak kemungkinan besar Pulau ini tidak ada lagi di Bengkulu,” tambah dia lagi.
Secara terpisah, Petugas Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Distik Navigasi Kelas I Tanjong Priok Menara Suar Tikus DSI 2430, Gultom mengakui, jika daratan pulau tikus saat ini terus berkurang, sebanyak 3 unit bangunan rumah di Pulau Tikus sudah menjadi imbas dar abrasi air laut. Bangunan tersebut, kata dia, merupakan bangunan pertama di Pulau Tikus yang dibangun kisaran tahun 1976.
”Bangunan rumah tempat mesin sudah tidak ada lagi, 2 bangunan lagi juga sudah mulai terkena abrasi. Keduanya sudah tidak bisa dipergunakan lagi. Begitu juga dengan pohon-pohon yang dulunya berada di Pulau Tikus,” demikian Gultom.(gie)